
Gombong – Dauroh bersama Syaikh Ahmad Subhi Al-Azhari (21/10/2024) dilaksankan di lantai 2 Gedung Dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gombong. Pada kali ini Syaik Ahmad menyampaikan materi tentang “Nabi Musa”.
Pada zaman sebelum lahirnya Nabi Musa ada 3 golongan yang berada di Mesir yaitu, Hoksus (pendatang asing), Bani Israil (dari Baitul Maqdis) dan penduduk asli Mesir. Dulu, Hoksus adalah pendatang yang berusaha merebut kekuasaan Negara.
Bani Israil dari Baitul Maqdis datang ke Mesir untuk meminta bantuan dan orang Mesir akhirnya memberi bantaun kepada Bani Israil dari situlah mereka menjadi dekat. Penduduk asli Mesir memberitahu kepada Bani Israil dimana harta benda mereka disimpan. Bani Israil saat sudah mengetahuinya lalu memberitahu kepada orang-orang Hoksus dan orang-orang Hoksus mencuri harta benda mereka.
Penduduk asli Mesir akhirnya tahu jika Bani Israil berkhianat dan penduduk asli Mesir mengusir orang-orang Hoksus lalu menjadikan Bani Israil sebagai budak mereka. Penduduk asli Mesir membunuh sebagian Hoksus dan mengusirnya hingga kabur daerah Syam.
Dan harta Bani Israil diambil lalu dibagikan kepada penduduk Mesir. Bani Israil disiksa karena balas dendam atas apa yang mereka lakukan. Penduduk Mesir sepakat jika akan membangun piramida dan menjadikan Bani Israil sebagai budak untuk membangun piramida.
Allah ingin membantu Bani Israil dari penyiksaan penduduk Mesir. Suatu saat nanti Allah akan mengutus Nabi untuk menyelamatkan mereka Bani Israil. Lalu, ada penyihir yang mengetahuinya dan memberi tahu Fir’aun (Ramses 2).
Fir’aun memerintahkan tentaranya untuk membunuh semua bayi. Nabi Musa kecil dilahirkan di rumah. Ibu Nabi Musa takut anak nya dibunuh oleh tentara Fir’aun. Kedua orang tua Nabi Musa bersepakat untuk meletakkan Nabi Musa kecil pada sebuah ranjang bayi yang kemudian dihanyutkan di sungai Nil. Ibu Nabi Musa khawatir anak nya akan hanyut dan sampai pada istana Fir’aun, ia meminta saudara perempuan (kakak kandung Nabi Musa) untuk mengawasi dan memperhatikan arah ranjang bayi Nabi Musa hanyut.
Arus sungai Nil berliku-liku, dan membawa Nabi Musa ke istana Fir’aun (istananya menghadap ke laut). Saat itu para pembantu Fir’aun tengah berada di sungai dan menemukan seorang bayi di dalam keranjang, kemudian memberikan bayi itu kepada Asiyah (istri Fir’aun). Nabi Musa muncul dari air yang dikelilingi oleh pohon. Nama Musa diambil dari bahasa Mesir kuno, ‘mu’ yang artinya air dan ‘se’ yang artinya pohon.
Nabi Musa mempunyai kelebihan yaitu setiap ada orang yang melihat Nabi Musa akan senang dan menyukainya. Saat Asiyah pertama kali melihat Nabi Musa dia langsung suka dan menyayanginya. Lalu, Asiyah mendatangi Fir’aun saat Fir’aun mengetahuinya Fir’aun ingin membunuh Nabi Musa. Tetapi Asiyah ingin merawat Nabi Musa dan dengan terpaksa Fir’aun mengizinkan Asiyah untuk merawatnya.
Saat dirawat oleh Asiyah Nabi Musa rewel meminta air susu, lalu Fir’aun meminta satu budaknya untuk menyusuinya yang ternyata adalah ibu kandung Nabi Musa. Terkadang ibu kandung Nabi Musa menyusuinya di istana atau di rumah. Fir’aun sempat curiga kepada budaknya, bagaimana bisa asinya keluar padahal budaknya tidak sehabis melahirkan.
Suatu hari Fir’aun bermimpi ada api yang melahap Mesir dan semua rumah hancur kecuali rumah Bani Israil. Fir’aun langsung bangun dengan rasa terkejut. Lalu, Fir’aun berfikir ingin membunuh Nabi Musa tetapi Asiyah melarangnya. Akhirnya Fir’aun mengambil 2 nampan yang berisi bara api dan biji-bijian. Nabi Musa disuruh memilih antara keduanya oleh Fir’aun, jika Nabi Musa memilih untuk mengambil bara api berarti dia bayi biasa tetapi ketika Nabi Musa mengambil yang biji-bijian maka dia bukan bayi biasa. Nabi Musa awalnya ingin mengambil biji-bijian tetapi malaikat Jibril menyenggol tangan Nabi Musa untuk mengambil bara api agar Fir’aun tidak merasa curiga kepada Nabi Musa. Karena Nabi Musa memakan bara api dan lidahnya terluka sehingga tidak bisa berbicara dengan sempurna.
Setelah dewasa, Nabi Musa semakin pintar. Ketika Nabi Musa melihat pertengkaran, Nabi Musa langsung membantu. Suatu hari ada 2 orang yang sedang diperlakukan tidak adil, satu orang dari Bani Israil dan satunya lagi dari Mesir. Yang membully itu orang dari Bani Israil dan yang dibully orang dari Mesir. Kemudian orang yang dari Bani Israil meminta tolong kepada Nabi Musa dan ditolonglah oleh Nabi Musa. Nabi Musa membantunya dengan mendorong orang yang dari Mesir hingga tewas dan kejadian ini terjadi di pasar. Nabi Musa sedih dan beristighfar. Dan Nabi Musa bersyukur karena tidak ada yang melihat kejadian tersebut. Lalu, Bani Israil pergi meninggalkan Nabi Musa begitupun dengannya. Di pagai hari, orang-orang pergi ke pasar dan melihat ada orang yang terbunuh dan Nabi Musa juga pergi ke pasar untuk mengecek orang yang tidak sengaja dia bunuh. Bani Israil yang ditolong oleh Nabi Musa berkhianat bahwa Nabi Musalah yang telah membunuh orang dari Mesir itu. Berita ini pun sampai ditelinga Fir’un.
Kemudian, Nabi Musa pergi ke Madyan selama 10 tahun. Nabi Musa ingin pulang ke Mesir bersama istri, anak-anaknya dan kambingnya. Allah memberikan Nabi Musa mukjizat yang berupa, tongkat menjadi ular, cahaya dari sakunya yang diambil dari tangan. Mukjizat itu diberikan kepada Nabi Musa untuk menguatkannya.
Saat Nabi Musa sampai di Mesir, Nabi Musa pergi ke rumah Imron. Dan Nabi Musa diberikan tugas dari Allah SWT untuk mengajak Fir’aun dan tentaranya beribadah serta menghilangkan azab bagi Bani Israil.
Ketika para penyihir sudah menyembah Allah, Fir’aun tidak terima dengan hal itu. Pada saat itu juga Fir’aun sombong dan ingin menyelakai bahkan membunuh penyihir itu, dan ia juga berkeinginan untuk membunuh Nabi Musa.
Ada salah satu orang beriman dari keluarga Fir’aun mengingatkan kepada Fir’aun untuk beriman kepada Allah. Firaun sangat marah dengan hal itu, dan Fir’aun tetap tidak mau beriman kepada Allah.
Orang-orang yang beriman kepada Allah pada saat itu diantaranya adalah :
- Para penyihir
- Seorang Mu’min dari keluarga Fir’aun
- Istri Fir’aun
- Sebagian pemuda beriman
Fir’aun sangat marah sekali, karena keluarga dan pengikutnya sudah mulai beriman kepada Allah SWT dan karena kemarahannya ini, ia ingin membunuh Tuhan Nabi Musa. Ia membuat istana yang sangat besar sekali dan tinggi sekali untuk membunuh Allah. Namun, pembuatan itu hanya sia-sia, karena Allah lah yang Maha Menghidupkan dan mematikan manusia.
Macam-macam adzab sudah mendatangi Fir’aun. Adapun adzab-adzab yang menimpa Firaun antara lain :
- Allah mengirim Adzab yang sangat pedih berupa Tsunami
Setelah selesai adzab ini, banyak tumbuhan yang hidup dan itu adalah sumber makanan orang-orang disana. Tetap Fir’aun tidak mau beriman.
- Allah mengirimkan belalang.
Allah mengirim belalang untuk memakan tumbuhan-tumbuhan yang ada disana, semua makanan habis dimakan belalang dan Fir’aun memohon kepada Musa untuk berdoa agar tumbuhannya kembali tumbuh dengan sehat dan dapat dikonsumsi mereka. Setelah beberapa saat, tumbuhan itu kembali bertumbuh untuk mereka. Tetapi, tetap Fir’aun dan kaum-kaumnya tidak mau beriman.
- Datang serangga untuk mereka
Allah mengirim serangga kepada mereka karena mereka tetap tidak mau beriman kepada Allah. Kulit mereka di makan para serangga itu. Tetap mereka tidak mau beriman kepada Allah
- Datang katak dengan jumlah banyak
Allah mendatangi katak untuk mereka, sehingga membuat mereka tidak bisa tidur dan mereka terasa terganggu dengan katak yang banyak itu. Sudah berkali-kali azab datang kepada mereka, tetap saja mereka tidak mau beriman.
- Allah jadikan semua air darah
Allah menjadikan air sungai nil menjadi darah dan sumber mata air menjadi darah semua, dan mereka hanya meminum dari cairan pohon yang itu hanya sedikit sekali. Ketika air itu dikonsumsi oleh orang-orang Bani Israil akan menjadi air biasa, namun ketika hendak dikonsumsi kaum-kaum Fir,aun air itu berubah menjadi darah.
Dahulu, rumah bani Israil dekat dengan rumah Fir’aun, namun Allah memerintahkan Bani Israil untuk menjauh dari rumah Fir’aun. Hal ini disampaikan melalui Nabi Musa dan Harun.
Bani Israil keluar malam hari dengan cepat menuju ke Baitul Maqdis dan Nabi Musa membersamai mereka sampai ke Baitul Maqdis.
Fir’aun menyiapkan tentara-tentara yang banyak untuk mengejar Bani Israil. Dengan hal ini Bani Israil sangat takut dengan tentara-tentara Fir’aun dan Fir’aun sendiri. Nabi Musa membuat Bani Israil tetap tenang dan jangan takut akan hal ini da nada tuhan yang membersamainya.
Nabi Musa memukul lautan, dan lautan itu terbelah menjadi dua. Jibril turun ke bumi dan menyamar berubah menjadi wujud manusia dan mulai berjalan didepan mereka. Diikuti Bani Israil menyeberang. Musa ingin menutup lautan, namun Allah memerintahkannya untuk tidak di tutup dahulu.
Tentara Fir’aun mulai masuk melewati lautan terbelah dua itu. Allah menutup lautan itu dan mereka semua para tentara Fir’aun tenggelam, bahkan mereka tidak bisa berenang untuk menyelamatkan diri. Fir’aun muncul diatas lautan dan para tentara itu berada di bawah lautan dan mereka tidak ada yang terlihat.
Setelah Bani Israil diselamatkan dari azab Allah dan mereka melihat kebesaran Allah, tetapi iman mereka tetap lemah. Bani Israil melewati yang dimana ada kaum-kaum yang menyembah patung-patung, bahkan Bani Israil meminta kepada Nabi Musa untuk dibuatkan patung.
Nabi Musa sangat marah dengan keinginan mereka ini. Pada saat itu, Nabi Musa pergi ke Jabal Thur dengan bergegas dan meninggalkan kaumnya. Ditinggalnya Bani Israil, Musa memerintahkan Harun untuk menjaga Bani Israil.
Sesampainya Nabi Musa di Jabal Thur, ia beribadah selama tiga hari. Setelah beberapa saat ia datang ke Jabal Thur untuk kedua kalinya. Nabi Musa ketika ke Jabal Thur untuk yang kedua kalinya selama 30 hari ditambah 10 hari karena kurangnya berdiskusi dengan Allah.
Sebelumnya, Nabi Musa sudah berjanji kepada kaumnya untuk pergi selama 30 hari saja, namun Nabi Musa telat dan Bani Israil berbondong-bondong demo ke Nabi Harun dan mengeluarkan kekecewaannya ini.
Pada saat itu Samiri datang menemui Bani Israil dan Samiri datang ke sana untuk membuat patung selama Bani Israil sedang tidur.
Ketika Bani Israil bangun dari tidurnya, mereka diberitahukan oleh Samiri bahwa patung yang telah ia buat adalah patung yang disembah oleh Nabi Musa dan Samiri mengajak Bani Israil untuk menyembah patung sapi itu. Harun mengigatkan Bani Israil, tetapi mereka tidak mau mendengarkan perkataan Harun.
Setelah lengkap 40 hari, dan Nabi Musa telah selesai berdiskusi kepada Allah berupa Kitab yang ditulis Allah untuk Nabi Musa. Allah memerintahkan kepada Musa untuk menjaga Kitab itu.
Sesampainya Nabi Musa, ia kaget karena melihat kaumnya yang menyembah berhala dan Nabi Musa berkata “kenapa kalian tidak sabar denganku?”. Bani Israil takut dengan perkataan Musa sehingga mereka menyalahkan semuanya kepada Samiri yang telah membuat patungnya.
Allah menjelaskan kepada Musa, bahwa Harun telah menjalankan perintahmu dengan sangat baik.
Nabi Musa sangat marah dengan Samiri dan mengusir Samiri agar tidak membersamai Bani Israil. Musa membakar patung dan dibuang ke laut. Nabi Musa membagi mana yang sudah menyembah berhala dan mana yang belum menyembah berhala.
Kaum yang telah menyembah berhala ada bekas emas di mulutnya, sedangkan yang belum pernah menyembah tidak ada bekas emasnya. Kebanyakan dari mereka telah menyembah berhala dan Nabi Musa memerintahkan mereka untuk bertaubat dengan membunuh diri mereka sendiri.
Kaum yang tertinggak bersama Nabi Musa hanya sedikit saja, dan iman mereka belum baik dalam menyembah Allah.
Mereka menginginkan untuk kembali ke daerah Fir’aun karena disiitulah banyak makanan dan minuman. Hingga akhirnya Allah mengirim Awan yang menaungi mereka dan turun banyak makanan.
Rasa panas hilang dan mereka sudah tidak merasakan kelaparan. Tetapi kurang adanya minum untuk mereka. Sehingga Nabi Musa mengajak mereka ke sebuah batu dan batu itu dipukul Nabi Musa dan mengeluarkan 12 mata air, yang dimana 1 mata air itu untuk keluarga sampai ke anak-anaknya.
Mereka bosan dengan makanan itu, dan mereka ingin kembali ke tempat Fir’aun. Musa mengajak mereka untuk bersujud di gunung Thur. Allah meletakkan gunung diatas kepala mereka, dan jika tidak mengikuti perintah gunung itu akan menimpa mereka.
Nabi Musa membawa kitab taurat dan Musa dan Nabi Musa memerintahkan mereka untuk ditulis dan dipelajari, dan itulah yang menjadi pedoman bagi mereka.
Jurnalistik Team of Media Center Wiriosoedarmo (MCW)