
GOMBONG – Dauroh Ulumul Quran Wal Qiroat bersama Syaikh Ahmad Mustofa Subhi Al-Azhari pada (Kamis, 22/10/24) bertempat di Gedung Dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gombong. Materi yang disampaikan oleh Syaikh Ahmad masih sama dengan materi sebelumnya, namun pembahasan kali ini lebih spesifik kepada Nabi Musa dan kaum nya.
Dauroh kali ini dimulai lebih awal daripada biasanya, dauroh dimulai sekitar pukul 08:00 pagi. Para santri lebih banyak mendapatkan materi hari ini, terutama pada kisah Nabi Musa yang terbilang cukup Panjang dan banyak.
Poin penting yang dibahas pertama oleh Syaikh Ahmad adalah tentang seekor sapi yang terdapat pada Q.S Al-Baqarah. Ada seorang anak yatim yang membunuh pamannya agar mendapatkan harta, orang-orang yang tidak mengetahui hal tersebut datang kepada Nabi Musa untuk meminta pertolongan tentang siapa yang membunuh. Allah memerintahkan mereka melalui Nabi Musa untuk menyembelih sapi dan menempelkan sebagian dagingnya ke mayat, maka mayat akan mengatakan siapa yang membunuhnya. Orang-orang tertawa remeh saat mendengar perintah tersebut. Namun setelah disembelih, mayat bangkit dan mengatakan apa yang terjladi.
Poin penting yang dibahas pada materi kedua adalah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Kisah ini dituangkan pada Q.S Al-Kahf. Awal mula mereka bertemu adalah saat Nabi Musa dan pembantu nya sedang berkelana mencari orang yang lebih sabar darinya. Allah memberi tahu Nabi Musa untuk bertemu dengan nabi Khidir. Saat mereka bertemu, Nabi Musa ingin pergi bersama Nabi Khidir. Hal ini terdapat pada Q.S Al-Kahf ayat 66, yang berbunyi:
قَالَ لَهٗ مُوسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Artrinya: Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
Namun, Nabi Khidir mengatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sabar bila dengannya. Nabi Musa tetap ikut bersama Nabi Khidir, mereka bertemu dengan nelayan dan meminjam perahu milik nelayan tersebut. Sampai daratan, perahu yang mereka gunakan dirusak oleh Nabi Khidir. Nabi Musa tidak terima karena kapal tersebut dirusak mereka hanya meminjam. Nabi Khidir berkata lagi (Q.S Al-Kahf ayat 72):
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Artinya: Dia berkata, “Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?”
Nabi Musa tetap ikut dengan Nabi Khidir. Di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang anak kecil. Nabi Khidir membunuh anak tersebut. Nabi Musa yang mengetahui hal tersebut pun tidak terima lagi. Nabi Musa berkata: “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat munkar”. Perkataan Nabi Musa terdapat pada Q.S Al-Kahf ayat 74.
Nabi Khidir mengatakan hal yang sama seperti saat ia merusak kapal. Nabi Khidir mengatakan bahwasanya Nabi Musa tidak akan sanggup bersabar bila bersamanya. Mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga mereka sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berharap dan meminta penduduk desa untuk menjamu mereka. Tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, Nabi Khidir mendapati dinding rumah yang hampir roboh. Paginya, Nabi Khidir memperbaiki dinding rumah tersebut. Lalu Nabi Musa berkata; “Kenapa kamu memperbaiki dinding tersebut? Padahal mereka pelit kepada kita? Jika engkau mau, niscaya kamu bisa meminta imbalan untuk itu”. Kemudian, Nabi Khidir mengatakan “Inilah perpisahan antara aku dengan engkau, aku akan memberi penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya”.
Nabi Khidir menjelaskan bahwasanya perahu yang mereka pinjam adalah perahu milik sekelompok nelayan yang tinggal di wilayah raja. Jika raja melihat kapal yang bagus, maka raja itu akan merampas perahu tersebut. Maka dari itu, Nabi Khidir merusak perahu tersebut agar tentara – tentara utusan raja yang berkeliling tidak merampas perahu yang bagus. Perahu yang rusak tapi bisa diperbaiki itu lebih baik daripada perahu yang bagus tapi dirampas.
Nabi Khidir juga menjelaskan tentang anak kecil yang ia bunuh. Anak kecil tersebut anak durhaka dan kedua orang tua anak itu adalah orang yang beriman. Nabi Khidir takut jika anak kecil yang durhaka tersebut mengajak kedua orang tua nya yang beriman menjadi kafir.
Nabi Khidir melanjutkan penjelasannya mengenai perbuatan yang ia lakukan. Dinding yang ia perbaiki adalah milik anak yatim, ayah nya adalah orang yang sholeh. Ayahnya menyimpan hartanya di dalam tembok itu karena penduduk setempat adalah orang yang pelit. Jika anak yatim dewasa, mereka bisa mengambil harta nya di dinding tersebut. Nabi Khidir melakukan ini semua atas perintah Allah dan bukan dari keinginan sendiri, dan selesai sudah cerita Nabi Musa bersama Nabi Khidir.
Setelah itu, Nabi Musa dan Nabi Harun meninggalkan kaumnya. Lalu, Nabi Harun meninggal dan Nabi Musa Kembali kepada kaumnya untuk memberitahu bahwa Nabi Harun telah meninggal, tetapi kaumnya tidak percaya. Dan kaumnya menuduh jika Nabi Musa yang membunuhnya, kaumnya berkeinginan untuk melihat makam Nabi Harun. Lalu, Nabi Musa mengajak 70 orang untuk melihat makamnya Nabi Harun. Saat sedang diperjalanan 70 orang itu meninggal karena terkena gempa, lalu Nabi Musa berdoa untuk menghidupkan Kembali 70 orang itu agar Nabi Musa tidak dituduh membunuh mereka dan doa tersebut dikabulkan oleh Allah.
Setelah itu, pada malam harinya Nabi Musa keluar rumah dan melihat ada makam yang bercahaya, lalu datanglah 2 malaikat yang membawa kain kafan. Nabi Musa berdoa kepada Allah agar makam itu menjadi makamnya. Lalu, malaikat maut datang dan mengambil jiwanya Nabi Musa kemudian dimasukkan ke makam yang bercahaya itu. Dan muncullah generasi baru yang lebih baik setelah 40 tahun, lalu Allah membuat Bani Israil masuk ke Baitul Maqdis.
Alysa Khusna Ardelia (Jurnalistik of Media Center Wiriosoedarmo)